News

Pembangunan Listrik di Papua

Pada tanggal 17 Oktober 2016, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan 6 pembangkit listrik di Papua dan Papua Barat:

  1. Pembangkit Listrik Tenaga Air Orya Genyem
  2. Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Prafi
  3. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV Genyem – Waena – Jayapura
  4. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV Holtekamp - Jayapura
  5. Gardu Induk Waena – Sentani
  6. Gardu Induk Jayapura

Peresmian dilakukan di gardu induk PLN Waena. Dua dari enam pembangkit listrik tersebut berbasis energi terbarukan. Nilai total enam proyek itu Rp. 989 miliar. Dengan adanya pembangkit listrik baru, Perusahaan Listrik Negara (PLN) mampu menghemat pemakaian BBM hingga Rp 161 miliar per tahun. Jokowi berharap seluruh kebutuhan listrik provinsi Papua dan Papua Barat bisa selesai tahun 2019 meskipun medan Papua yang berat menjadi persoalan pembangunan infrastruktur listrik di sana. Pemenuhan infrastruktur listrik di Papua merupakan bagian dari program prioritas pemerintah yang harus diwujudkan secepatnya.

Kehandalan listrik di Papua juga ditopang dengan sistem transmisi 70 kV dan gardu induk 20 MVA, yang merupakan gardu induk pertama dan SUTT 70 kV pertama di Papua. Sebelumnya penduduk banyak mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang disewa dari swasta. Dengan adanya peresmian pembangkit listrik terbaru, pemerintah berharap masyarakat dapat mengurangi ketergantungan terhadap PLTD. Biaya PLTD lebih mahal dan meningkatkan risiko. Di Papua dari total listrik 294 megawatt, hampir 50% dari PLTD sewa. Pemerintah berencana membangun Mobile Power Plant (MPP) 50 megawatt di Jayapura yang diharapkan selesai pada bulan desember 2016. Dan diharapkan dalam pertengahan tahun 2017 sudah bisa beroperasi. Tahun 2018 setidaknya ada tambahan 160 megawatt dari proyek-proyek pembangkit listrik yang sedang dibangun.

Lima kabupaten yang telah dialiri listrik oleh PLN pada tahun ini, yaitu Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Raja Ampat, Pegunungan Arfak, dan Kabupaten Teluk Wondama. Warga Kepulauan Numfor, Kabupaten Biak Numfor, Papua segera menikmati pelayanan listrik 24 jam dengan adanya pasokan listrik dari PLN dan mesin genset bantuan gubernur. Pembangkit listrik di Yahukimo terbagi menjadi empat sistem dengan masing-masing kapasitas 1x800 kVA, 1x500 kVA, 1x350 kVA, dan 1x250 kVA. PLN mengambil alih pengoperasian dan pengelolaan listrik dari pemerintah daerah. Hal ini merupakan salah satu program PLN untuk mewujudkan Papua Terang 2019.

Masih ada 9 kabupaten yang belum dilistriki oleh PLN, yaitu Puncak Jaya, Yalimo, Mamberamo Tengah, Mamberamo Raya, Intan Jaya, Lanny Jaya, Tolikara, Puncak, dan Tambrauw. Kesulitan terbesar yang dihadapi dalam upaya melistriki 5 kabupaten di pedalaman Papua dan Papua Barat adalah kondisi geografis berupa gunung-gunung, hutan lebat, dan minimnya infrastruktur perhubungan. Berdasarkan data masih ada sekitar 12.000 desa di Indonesia yang belum mendapatkan fasilitas listrik dengan baik. Dari 12.000 desa itu, 3.500 desa terdapat di Papua. Hanya yang memiliki genset saja yang dapat menikmati listrik dan tidak ada penerangan di jalan. Untuk melistriki daerah-daerah pedalaman Papua, PLN biasanya menggunakan PLTD untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut. Di Biak, Sorong karena PLTU belum selesai, maka dibuat proyek PLTMG yang berjumlah 253 megawatt. PLTMG di papua memiliki 253 megawatt dari total proyek 35.000 megawatt.

PLN menegaskan komitmennya untuk menerangi masyarakat Papua dan mendapatkan listrik dengan harga yang sama seperti di wilayah Indonesia lainnya meskipun harus mengalami kerugian. PLN memiliki program dan tujuan untuk merealisasikan program Papua Terang 2019. Target PLN yaitu rasio elektrifikasi hingga 90,22% di Provinsi Papua dan Papua Barat. Program yang dilaksanakan adalah melistriki 14 kabupaten di Provinsi Papua dan Papua Barat pada tahun 2016 hingga 2017, mengalirkan listrik desa dengan rasio kecamatan atau distrik berlistrik PLN sebesar 100% pada tahun 2019, dan rasio desa berlistrik PLN sebesar 100% pada tahun 2020. Tak hanya itu, PLN juga bertekad melistriki tiga pulau terluar di Papua pada 2016 hingga 2017, serta meningkatkan jam nyala operasi minimal 18 jam sehari dimulai tahun 2016 hingga tahun 2020. Dengan begitu provinsi Papua siap menggelar PON (Pekan Olahraga Nasional) 2020. Listrik merupakan salah satu satu faktor kemajuan perekonomian suatu daerah, maka itu PLN terus berupaya melistriki masyarakat yang berada di Papua dan Papua Barat.

Pemerintah Perancis menawarkan kerja sama di sub sektor energi baru terbarukan yaitu panas bumi, energi laut, dan smart grid. Duta besar Perancis untuk Indonesia, Berthonnet bertemu dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan untuk membahas kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan Perancis pada acara Business Meeting Indonesia-Perancis di gedung kementerian ESDM pada tanggal 1 november 2016. Pemerintah Perancis melihat Indonesia memiliki potensi EBT yang luar biasa besar. Demi mengoptimalkan potensi tersebut, mereka bersedia membantu Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri. Menurut Berthonnet, perusahaan-perusahaan Perancis punya pengalaman yang cukup baik dalam mengelola tiga sektor EBT tersebut.

Menteri ESDM menyambut positif tawaran dan komitmen pemerintah Perancis dalam menggarap sumber daya energi di Indonesia. Jonan optimis dapat mengarahkan minat investasi perusahaan-perusahaan Perancis menggarap potensi EBT di Papua. Pemerintah terus berupaya membangun jaringan listrik dengan menyesuaikan potensi energi di Papua. Pemerintah Indonesia akan memfasilitasi kerja sama perusahaan-perusahaan Perancis tersebut dengan PLN.

Share this post